Airplane Mode: Sejarah Nama, Fungsi, dan Alasan Pentingnya

Airplane Mode: Sejarah Nama, Fungsi, dan Alasan Pentingnya 1

Pesonakota.com – Fitur mode pesawat atau airplane mode telah menjadi bagian tak terpisahkan dari hampir setiap smartphone modern. Kemampuannya untuk menonaktifkan sementara seluruh koneksi nirkabel – mulai dari seluler, Wi-Fi, hingga Bluetooth – menjadikannya fitur yang esensial. Secara historis, fitur ini identik dengan perjalanan udara, seringkali diaktifkan ketika berada di dalam kabin pesawat, sejalan dengan regulasi penerbangan yang melarang penggunaan sinyal radio demi mencegah potensi gangguan sistem komunikasi dan navigasi pesawat.

Namun, seiring waktu, fungsi mode pesawat telah melampaui batasan penerbangan. Kini, ia banyak dimanfaatkan untuk beragam keperluan di luar pesawat, seperti menghemat baterai perangkat atau sekadar mencari ketenangan dari banjir notifikasi yang tak henti. Fenomena ini kemudian memunculkan pertanyaan menarik: jika fungsinya begitu luas, mengapa fitur ini tetap dinamakan airplane mode? Tentu saja, penamaan ini bukan kebetulan belaka. Ada sejarah panjang dan alasan kuat yang melatarbelakangi, erat kaitannya dengan evolusi teknologi telekomunikasi dan standar keselamatan penerbangan. Seperti yang diulas lebih dalam oleh KompasTekno, mari kita telusuri sejarah penamaan airplane mode serta fungsi-fungsinya yang kini semakin komprehensif.

Baca juga: Mode Pesawat HP Bukan Cuma untuk Dipakai di Pesawat, Ini Fungsi Lainnya

Sejarah Airplane Mode

Melansir informasi dari Mint Mobile, fitur airplane mode sejatinya lahir dari kebutuhan mendesak industri penerbangan untuk memastikan keamanan komunikasi di udara. Sejak era 1950-an, ketika penerbangan komersial mulai marak, para insinyur penerbangan sudah menyadari bahwa sinyal radio yang dipancarkan dari perangkat elektronik penumpang berpotensi menimbulkan interferensi serius pada sistem komunikasi pesawat. Sistem komunikasi antara pilot dan menara pengawas di darat pada masa itu sangat sensitif terhadap gangguan frekuensi radio. Sekecil apa pun interferensi bisa menyebabkan komunikasi terdistorsi atau bahkan terputus, sebuah skenario yang tentu sangat berbahaya dalam situasi genting.

Oleh karena itu, munculah regulasi ketat yang melarang penggunaan perangkat radio dan nirkabel di dalam pesawat selama penerbangan. Aturan ini bertujuan untuk meminimalisir risiko gangguan. Kemudian, pada dekade 1990-an hingga awal 2000-an, ponsel mulai mencapai puncak popularitasnya. Ponsel modern tak hanya memancarkan sinyal radio untuk panggilan telepon, tetapi juga sinyal data untuk SMS, internet, Bluetooth, Wi-Fi, dan lain sebagainya. Kehadiran ponsel ini menambah kompleksitas tantangan bagi industri penerbangan, mengingat potensi sinyal pengganggu yang semakin beragam dan banyak.

Para pilot dan awak kabin kerap kali harus mengingatkan penumpang untuk mematikan ponsel mereka selama penerbangan demi menghindari risiko interferensi. Namun, tak sedikit penumpang yang merasa enggan mematikan ponselnya, karena ingin tetap memanfaatkan fitur-fitur yang tidak memerlukan sinyal, seperti mendengarkan musik, bermain gim, atau mengedit dokumen. Menjawab kebutuhan dan dilema inilah, para produsen ponsel akhirnya memperkenalkan sebuah fitur praktis yang memungkinkan pengguna untuk memutus semua sinyal nirkabel tanpa harus mematikan perangkat mereka sepenuhnya. Fitur revolusioner ini kemudian dinamakan airplane mode, mengingat tujuan utama penciptaannya adalah untuk digunakan secara khusus di dalam pesawat.

Dengan mengaktifkan airplane mode, ponsel secara efektif berhenti mengirim atau menerima sinyal radio, namun tetap dapat berfungsi untuk aktivitas offline seperti memutar lagu, bermain gim, membaca dokumen, atau bahkan menulis pesan yang nantinya akan terkirim setelah pesawat mendarat. Kehadiran fitur ini tidak hanya sangat membantu pengguna, tetapi juga secara efektif memenuhi aturan ketat keselamatan penerbangan yang berlaku.

Menariknya, meskipun teknologi penerbangan telah berkembang pesat dan banyak maskapai kini menyediakan layanan Wi-Fi di udara, fitur airplane mode masih tetap relevan dan wajib digunakan hingga hari ini. Hal ini disebabkan oleh peraturan di sebagian besar negara yang tetap mengharuskan penumpang untuk memutus sinyal seluler saat pesawat sedang lepas landas dan mendarat, serta ketika berada di ketinggian tertentu. Selain alasan keselamatan teknis, aturan ini juga turut berperan dalam menjaga ketertiban di dalam kabin dan mengurangi potensi kebingungan akibat banyaknya sinyal yang mencoba terhubung ke menara BTS di darat saat pesawat bergerak dengan kecepatan tinggi.

Dalam perkembangannya, airplane mode juga kian populer untuk digunakan di luar konteks penerbangan. Banyak individu memanfaatkannya untuk menghemat baterai HP, mempercepat proses pengisian daya, menghindari gangguan notifikasi yang terus-menerus, bahkan membatasi penggunaan data saat berada di luar negeri demi menghindari biaya roaming yang mahal. Dengan demikian, meskipun namanya konsisten sebagai airplane mode, fungsinya telah jauh melampaui sekadar kebutuhan di dalam pesawat. Fitur sederhana ini menjadi salah satu bukti bagaimana sebuah inovasi yang lahir dari kebutuhan spesifik akhirnya bertransformasi menjadi bagian tak terpisahkan dari kebiasaan digital masyarakat modern. Demikian uraian komprehensif mengenai penamaan Airplane Mode dan fungsinya. Semoga informasi ini bermanfaat.

Baca juga: Apakah Mode Pesawat Bisa Menghemat Baterai HP? Begini Penjelasannya

Dapatkan update berita teknologi dan gadget pilihan setiap hari. Mari bergabung di Kanal WhatsApp KompasTekno.

Caranya klik link https://whatsapp.com/channel/0029VaCVYKk89ine5YSjZh1a. Anda harus install aplikasi WhatsApp terlebih dulu di ponsel.

Ringkasan

Fitur mode pesawat atau airplane mode pada smartphone dirancang untuk menonaktifkan semua koneksi nirkabel seperti seluler, Wi-Fi, dan Bluetooth. Sejarahnya berasal dari kebutuhan keselamatan penerbangan sejak tahun 1950-an, guna mencegah sinyal perangkat elektronik penumpang mengganggu sistem komunikasi dan navigasi pesawat yang sangat sensitif. Dengan popularitas ponsel di tahun 1990-an hingga 2000-an, fitur ini diperkenalkan agar penumpang dapat menggunakan perangkat secara offline tanpa memancarkan sinyal.

Penamaan “airplane mode” dipertahankan karena tujuan utamanya adalah untuk digunakan di dalam pesawat, sesuai dengan peraturan keselamatan penerbangan yang mewajibkan pemutusan sinyal seluler saat lepas landas dan mendarat. Kini, fungsinya telah meluas melampaui penerbangan, sering dimanfaatkan untuk menghemat baterai, mempercepat pengisian daya, menghindari gangguan notifikasi, atau mengelola penggunaan data saat roaming.