Yunani mengambil langkah drastis dengan menutup salah satu objek wisata paling ikonik di Athena, ibu kota negaranya, akibat hantaman gelombang panas ekstrem. Suhu di sana diperkirakan melonjak hingga 42 derajat Celsius pada Selasa, 8 Juli 2025, memicu kekhawatiran serius akan keselamatan publik dan pekerja di lokasi-lokasi terbuka.
Dilansir dari Greek City Times, Kementerian Kebudayaan Yunani secara resmi mengumumkan penutupan situs warisan dunia Acropolis di Athena. Penutupan ini berlaku mulai pukul 13.00 hingga 17.00 waktu setempat. Langkah tersebut bukan yang pertama kali diambil; Acropolis juga sempat ditutup paksa akibat panas ekstrem pada Juni dan Juli tahun lalu, menegaskan pola cuaca yang semakin mengkhawatirkan. Otoritas menyatakan bahwa penutupan ini krusial untuk menjamin keselamatan ribuan pekerja dan jutaan pengunjung yang memadati Acropolis setiap harinya, mengingat situs tersebut menarik puluhan ribu orang dan mencatat 4,5 juta pengunjung pada tahun 2024.
Tak hanya sektor pariwisata, gelombang panas ini juga berdampak signifikan pada sektor ketenagakerjaan. Kementerian Ketenagakerjaan Yunani telah mengamanatkan penghentian sementara aktivitas kerja luar ruangan selama lima jam, dari pukul 12.00 hingga 17.00, pada hari Selasa di wilayah-wilayah yang diprediksi akan merasakan dampak terparah dari suhu terik. Menurut peta sistem peringatan biometeorologi HEAT-ALARM, tekanan panas akan sangat tinggi di Makedonia tengah dan timur, Thessalia timur, serta Yunani Tengah bagian timur pada hari Selasa. Prediksi serupa, dengan tingkat tekanan panas yang tinggi, juga diperkirakan terjadi pada hari Rabu di semua wilayah tersebut, ditambah Peloponnesos timur dan Evia. Pemerintah merekomendasikan seluruh masyarakat untuk mematuhi langkah-langkah perlindungan diri, seperti rutin mandi air dingin. Namun, peringatan khusus ditujukan bagi kelompok rentan seperti lansia, pekerja luar ruangan, anak-anak, ibu hamil, dan mereka yang memiliki penyakit kronis. Kabar baiknya, suhu ekstrem diperkirakan akan mulai mereda pada Kamis.
Selain suhu yang membakar, ancaman kebakaran hutan juga meningkat drastis. Pada Senin, Dinas Pemadam Kebakaran Yunani mencatat 41 insiden kebakaran hutan di seluruh negeri. Meskipun 34 di antaranya berhasil dipadamkan lebih awal, tujuh kebakaran lainnya masih aktif hingga Senin malam, menambah daftar kekhawatiran. Peringatan kebakaran hutan Kategori 4, yang berarti sangat tinggi, telah dikeluarkan Senin malam untuk lima wilayah krusial: Attica, Peloponnese, Yunani Tengah, Thessaly, dan Yunani Barat. Masyarakat diminta untuk tetap waspada, dengan layanan darurat Yunani dalam keadaan siaga tinggi.
Fenomena gelombang panas ini bukan hanya terjadi di Yunani, melainkan juga melanda sebagian besar Eropa barat dan selatan, menyebabkan ribuan orang terpaksa mengungsi. Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) PBB secara tegas menyatakan bahwa gelombang panas seperti ini menjadi lebih sering terjadi akibat perubahan iklim yang disebabkan aktivitas manusia. IPCC memperingatkan bahwa cuaca panas akan semakin sering muncul dan intensitasnya meningkat seiring dengan kenaikan suhu global, menggarisbawahi urgensi tindakan mitigasi iklim.
Ringkasan
Yunani menutup situs Acropolis di Athena dari pukul 13.00 hingga 17.00 pada 8 Juli 2025, akibat gelombang panas ekstrem yang mencapai 42 derajat Celsius. Langkah ini diambil untuk menjamin keselamatan publik dan pekerja, serupa dengan penutupan pada tahun sebelumnya. Kementerian Ketenagakerjaan juga mengamanatkan penghentian sementara aktivitas kerja luar ruangan di wilayah terdampak.
Gelombang panas ini turut meningkatkan ancaman kebakaran hutan, dengan 41 insiden tercatat dan peringatan Kategori 4 dikeluarkan untuk beberapa wilayah. Fenomena cuaca ekstrem ini juga melanda sebagian besar Eropa Barat dan Selatan. Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) PBB menyatakan bahwa gelombang panas ini makin sering dan intens akibat perubahan iklim yang disebabkan aktivitas manusia, meskipun suhu ekstrem diperkirakan mereda pada hari Kamis.