Camping di Atas Air: Glamping Hits Pantai Glagah, Kulon Progo!

KULON PROGO, KOMPAS.com – Destinasi wisata Pantai Glagah di Kapanewon Temon, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, terus berinovasi dengan mengembangkan area berkemah. Setelah sukses dengan Laguna Glagah, kini muncul primadona baru: Taman Nambangan, sebuah camping ground yang menawarkan pengalaman berbeda.

Taman Nambangan membentang di atas hamparan lembah yang luas di tepi Sungai Serang, dekat dengan muaranya ke laut. Lokasinya sangat strategis, berada di bagian terdepan kompleks Pantai Glagah Indah, sekitar 1 kilometer dari area pemecah ombak, menjadikannya mudah diakses bagi para wisatawan.Camping di Atas Air: Glamping Hits Pantai Glagah, Kulon Progo! 1

Meskipun baru dibuka seminggu, antusiasme terhadap Taman Nambangan sudah terlihat jelas. “Kami baru seminggu membuka tempat ini. Hari ini Sabtu yang kedua,” ujar Wisnu Suprihartanto, pengelola Taman Nambangan, pada Sabtu (19/7/2025), mengindikasikan respons positif dari pengunjung.

Taman Nambangan menyimpan sejarah panjang; dulunya, tempat ini pernah menjadi lokasi perkemahan bagi raja dan kalangan keraton. Namun, seiring waktu, area ini terbengkalai dan hanya dimanfaatkan warga untuk memancing. Berkat inisiatif program desa preneur, pemerintah desa kini mengelola kembali potensi Taman Nambangan, menghidupkannya sebagai daya tarik wisata baru.

Kawasan ini diberkahi dengan lanskap yang ideal untuk berkemah: dataran lembah yang luas dan terbuka, dikelilingi oleh pepohonan cemara dan trembesi yang rindang, serta area parkir yang memadai untuk banyak kendaraan. Ditambah lagi, pemandangan ke arah Sungai Serang yang lebar, berair tenang, dan jernih menambah pesona alaminya.

Kini, Taman Nambangan bertransformasi menjadi camping ground modern dengan beragam fasilitas yang memanjakan pengunjung, mulai dari area memancing, penyewaan tenda, hingga wahana perahu kano, dan tempat api unggun yang hangat. Pengunjung dapat menikmati sensasi berkemah di darat dengan nyaman.

Penyewaan tenda di Nambangan sangat fleksibel, dimulai dari harga Rp 80.000 untuk kapasitas empat orang dan Rp 65.000 untuk kapasitas dua orang, di mana setiap tenda sudah dilengkapi matras. Bagi yang menginginkan fasilitas lebih lengkap, tersedia paket tenda dengan kasur, nesting camp, peralatan masak, kompor, dan peralatan memanggang dengan harga Rp 140.000 untuk empat orang, atau Rp 175.000 untuk enam orang.

Melihat antusiasme, tak heran jika Wisnu menyebut, “Untuk malam Minggu sudah full booked, kecuali malam-malam di luar malam Minggu memang cuma beberapa, cuma untuk malam Minggu kita full booked.” Ini menunjukkan popularitas camping ground di Kulon Progo ini, terutama pada akhir pekan.

Nambangan sebenarnya bukanlah satu-satunya pilihan berkemah di destinasi Glagah. Setiap akhir pekan, Laguna Glagah, yang menawarkan pemandangan danau dan pepohonan hijau dekat garis pantai, juga selalu ramai oleh wisatawan yang ingin bermalam. Dulunya hanya tempat piknik sederhana, kini Laguna Glagah juga berkembang menjadi lokasi favorit untuk berkemah, melengkapi pilihan aktivitas outdoor di area tersebut.

Minat wisatawan untuk berkemah di Glagah memang sangat tinggi, khususnya pada akhir pekan. Salah satunya adalah keluarga Nurul Hidayah asal Kapanewon Kalibawang yang memilih camping di sini karena suasana alam yang asri dan “greget” dibandingkan hanya di rumah. “Kalau punya anak kecil kalau enggak pergi-pergi anu toh, napa? Kurang greget gitu kalau cuma di rumah, jadi mintanya jalan-jalan keluar gitu,” ungkap Nurul.

Nurul telah memesan jauh hari, bahkan sempat mencoba ke Laguna Glagah sebelum akhirnya beralih ke Nambangan karena Laguna sudah penuh. Ia tiba di lokasi sekitar pukul 4 sore, waktu yang sempurna untuk menikmati indahnya matahari terbenam atau sunset, serta beragam fasilitas seperti kano dan perahu, yang menambah variasi aktivitas selain berkemah.

Untuk pengalaman kuliner, Nurul dan lima anggota keluarganya membawa perlengkapan makan dan alat grill sendiri, lengkap dengan kompor untuk memasak makanan ringan. “Cuma mau nge-grill gitu, bakar-bakar, kemudian mau besok pagi rencananya mau bikin apa? Mendoan, cuma itu saja, cemilan-cemilan saja sih, enggak masak berat,” jelas Nurul, menggambarkan kesederhanaan namun kehangatan camping mereka.

Sebagai pengunjung awal, Nurul juga memberikan masukan berharga untuk peningkatan fasilitas, khususnya mengenai kualitas kasur dan ketersediaan kamar mandi. Ia berharap ada penyediaan kasur yang lebih memadai, terutama bagi keluarga dengan anak kecil, serta penambahan jumlah kamar mandi mengingat akses yang cukup jauh dari beberapa area perkemahan.

Selain camping ground di darat, Taman Nambangan menghadirkan inovasi menarik lainnya: berkemah di atas air atau “floating camp“. Wisnu Suprihartanto menjelaskan, konsep ini merupakan terobosan untuk semakin menghidupkan dan memberikan pengalaman unik bagi wisatawan.

Saat ini, baru ada satu unit floating camp di Nambangan. Camp ini berupa ponton berukuran 4,5 x 2,7 meter yang kokoh, dibangun dari bambu petung dan bambu apus, dengan tong-tong di bawahnya untuk menjaga daya apung. Di atas rakit ini, berdiri tenda kompartemen tiga yang mampu menampung hingga empat orang, lengkap dengan kasur, bantal, dan kursi.

Area di atas rakit juga cukup luas untuk kegiatan barbeque atau api unggun yang romantis di bawah bintang-bintang. “Kami ingin memberikan pengalaman baru bagi para penggemar camping. Floating camp menawarkan sensasi yang berbeda, kita bisa menyatu dengan air,” tutur Wisnu, menekankan keistimewaan konsep ini.

Pengembang Taman Nambangan baru mengoperasikan satu unit kemah terapung ini sebagai percontohan, namun proses pembuatan ponton dan tenda berikutnya sedang berlangsung. Nantinya, kemah terapung ini akan diposisikan lebih ke tengah sungai, dilengkapi dengan jangkar dan mesin. Untuk menjamin keamanan pengunjung, pengelola telah menjalin kerja sama dengan pihak SAR. Floating camp ini ditawarkan dengan harga promo Rp 350.000 per malam, memberikan kesempatan bagi wisatawan untuk mencoba pengalaman unik ini.

Pengalaman camping di atas air menjadi hal baru bagi Valentina RA asal Wates. Ia mengaku baru pertama kali mencoba konsep berkemah ini dan sangat tertarik dengan suasana yang ditawarkan, di mana ia bisa mendengar deburan ombak dan merasakan suasana yang sejuk.

“Kalau di sini kan nanti bisa sambil dengerin deburan ombak, terus bisa juga nanti (melihat) banyak pesawat yang lewat karena dekat dengan bandara,” kata Valentina, menambahkan daya tarik lokasi yang dekat dengan bandara. Ia datang bersama keluarga tanpa perlu repot membawa peralatan khusus karena fasilitas camping sudah tersedia lengkap di lokasi.

Valentina berencana untuk menginap semalam dan menikmati suasana Pantai Glagah pada pagi hari. “Hari ini ya nanti saya nginep di sini ya, terus nanti mungkin paginya bisa jalan-jalan ke sana,” tuturnya.

Bagi Valentina, pengalaman camping di atas air ini tak terlupakan dan sangat mengesankan. “Ya, asik aja ya, karena belum pernah, baru kali ini ya. Di sini,” katanya, berharap pengalaman ini bisa menjadi inspirasi bagi wisatawan lain untuk mencoba petualangan serupa di Kulon Progo, Yogyakarta.

Ringkasan

Taman Nambangan adalah destinasi berkemah terbaru di Pantai Glagah, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Berlokasi di lembah luas tepi Sungai Serang, area yang dulunya terbengkalai ini kini dikelola kembali sebagai daya tarik wisata. Taman Nambangan menawarkan fasilitas berkemah di darat dengan penyewaan tenda lengkap, area memancing, dan wahana kano. Tempat ini telah menunjukkan antusiasme tinggi dari pengunjung, seringkali penuh dipesan terutama saat malam Minggu.

Inovasi utama di Taman Nambangan adalah “floating camp” atau kemah di atas air, sebuah konsep unik berupa ponton bambu kokoh yang dilengkapi tenda untuk empat orang. Saat ini tersedia satu unit purwarupa yang memungkinkan aktivitas seperti barbekyu di bawah bintang. Floating camp ini ditawarkan dengan harga promo Rp 350.000 per malam dan berencana untuk menambah unit. Pengalaman berkemah di atas air ini memberikan sensasi berbeda dan sangat berkesan bagi pengunjung.