Pesonakota.com, GARUT – Kabupaten Garut menorehkan prestasi gemilang di sektor pariwisata pada April 2025. Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel, baik bintang maupun nonbintang, mengalami lonjakan signifikan hingga mencapai 33,85%. Angka ini menunjukkan peningkatan yang luar biasa sebesar 20,61 poin dibandingkan bulan Maret 2025 yang hanya mencatatkan TPK 13,24%.
Kepala Tim Statistik Distribusi BPS Kabupaten Garut, Hendra Sukatriyana, menjelaskan bahwa lonjakan ini merupakan fenomena musiman yang lazim terjadi di Garut. “Bulan Maret 2025 bertepatan dengan Ramadan 1446 Hijriah, yang biasanya mengakibatkan penurunan drastis aktivitas wisata. Namun, setelah Idulfitri, wisatawan kembali membanjiri Garut. Ini memang fenomena tahunan, tetapi peningkatan tahun ini cukup signifikan,” ungkap Hendra pada Kamis (17/7/2025).
Lebih rinci, sektor perhotelan bintang menunjukan kinerja yang sangat mengesankan dengan TPK mencapai 49,08% pada April 2025. Artinya, terjadi peningkatan sebesar 31,48 poin dibandingkan bulan sebelumnya (17,60%). Lonjakan ini mengindikasikan bahwa hotel berfasilitas lengkap menjadi pilihan utama para wisatawan pasca Lebaran. Hendra menambahkan, “Ini bisa menjadi indikator peningkatan daya beli wisatawan atau meningkatnya jumlah kunjungan keluarga dan wisatawan luar kota yang memprioritaskan kenyamanan dan fasilitas.”
Hotel nonbintang juga menunjukkan pertumbuhan yang impresif. TPK melonjak dari 11,29% di Maret menjadi 30,25% di April, meningkat sebesar 18,96 poin. Perbandingan dengan April 2024 pun menunjukkan tren positif. TPK April 2024 tercatat 26,98%, artinya terjadi peningkatan 6,86 poin dalam setahun terakhir. Garut kembali memperkuat posisinya sebagai destinasi wisata unggulan di Jawa Barat, setelah sebelumnya sempat terdampak pandemi dan tekanan ekonomi nasional.
Bukan hanya tingkat hunian, rata-rata lama menginap tamu juga meningkat. Pada April 2025, rata-rata lama menginap di semua jenis akomodasi mencapai 1,07 malam, sedikit lebih tinggi dari Maret (1,05 malam). Hotel bintang mencatatkan rata-rata lama menginap 1,24 malam, sementara hotel nonbintang 1,01 malam. “Durasi menginap menjadi indikator penting potensi belanja wisatawan di daerah tersebut,” jelas Hendra.
Meskipun menunjukkan tren positif, Hendra mengingatkan bahwa rata-rata lama menginap masih di bawah dua malam. Ini mengindikasikan bahwa Garut belum menjadi destinasi dengan lama tinggal yang optimal seperti Bandung atau Yogyakarta. Ia juga menyoroti penurunan tingkat hunian yang selalu terjadi setiap bulan Ramadan. “Setiap tahun Ramadan kita selalu anjlok. Perlu strategi khusus, seperti penawaran menarik, promosi wisata religi, atau festival untuk menarik wisatawan selama Ramadan,” sarannya.
Untuk mempertahankan tren positif ini dan mengurangi ketergantungan pada musim liburan, Hendra menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor. Kerja sama antara pelaku industri hotel, agen perjalanan, dan pemerintah daerah perlu ditingkatkan agar Garut tidak hanya ramai saat libur Lebaran saja, tetapi sepanjang tahun.
Ringkasan
Pariwisata Garut mengalami peningkatan signifikan pada April 2025, dengan Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel mencapai 33,85%, naik 20,61 poin dari bulan Maret. Lonjakan ini terutama didorong oleh peningkatan kunjungan pasca Lebaran, dengan hotel bintang mencapai TPK 49,08% dan hotel nonbintang 30,25%. Hal ini menunjukkan peningkatan daya beli wisatawan dan jumlah kunjungan keluarga.
Meskipun terjadi peningkatan rata-rata lama menginap (1,07 malam), Garut masih perlu meningkatkan durasi kunjungan wisatawan. Untuk mempertahankan tren positif dan mengurangi ketergantungan pada musim liburan, dibutuhkan kolaborasi antara pelaku industri pariwisata, agen perjalanan, dan pemerintah daerah. Strategi khusus seperti penawaran menarik dan promosi wisata religi juga perlu dipertimbangkan, terutama selama bulan Ramadan.