Jakarta – Dua turis Amerika Serikat baru-baru ini harus dievakuasi dari Gunung Fuji setelah nekat melakukan pendakian di luar jadwal resmi pembukaan jalur. Insiden terpisah ini menyoroti betapa berbahayanya pendakian ilegal gunung tertinggi di Jepang tersebut, terutama sebelum sistem pendukung keselamatan beroperasi penuh.
Kasus pertama melibatkan seorang pria Amerika berusia 67 tahun. Ia memulai pendakian Gunung Fuji dari sisi Shizuoka pada 26 Juni, jauh sebelum Jalur Fujinomiya resmi dibuka. Meskipun ia mengaku telah dua kali menaklukkan Gunung Fuji sebelumnya, keputusannya untuk mendaki hanya dengan mengenakan sandal dan berkemah di dekat stasiun ketujuh Jalur Fujinomiya menimbulkan masalah serius. Pada 4 Juli, tim penyelamat menerima laporan dan berhasil menemukannya dalam kondisi hipotermia, kendati ia mengenakan pakaian khusus cuaca dingin. Ia kemudian berhasil dievakuasi ke stasiun kelima dan mendapat penanganan lebih lanjut dari pihak kepolisian dan petugas pemadam kebakaran.
Keesokan harinya, pada 5 Juli, insiden serupa menimpa seorang perempuan Amerika berusia 59 tahun. Ia ditemukan tersesat di Gunung Fuji setelah menghubungi layanan darurat. Perempuan tersebut mengaku telah berhasil mencapai puncak, namun kehilangan arah saat menuruni gunung. Ia mengambil jalur yang salah menuju rute penghubung antara Jalur Gotemba dan Fujinomiya melalui Gunung Hoei, sebuah gunung berapi lereng yang berada di sebelah Gunung Fuji. Dalam kegelapan, ia menuruni medan yang sama sekali asing baginya. Meskipun ia memiliki pengalaman mendaki gunung di luar Jepang, ini adalah pengalaman pertamanya di Gunung Fuji, yang ia kunjungi saat berlibur.
Penting untuk diketahui, ada empat jalur pendakian utama menuju puncak Gunung Fuji. Jalur Yoshida di Prefektur Yamanashi memang telah dibuka pada 1 Juli. Namun, tiga jalur lainnya—Jalur Fujinomiya, Gotemba, dan Subashiri di Prefektur Shizuoka—baru dibuka secara resmi pada 10 Juli. Kedua insiden penyelamatan turis Amerika ini jelas terjadi sebelum pembukaan resmi jalur-jalur tersebut di sisi Shizuoka.
Meskipun dari kejauhan Gunung Fuji sering terlihat landai dan menawan, kenyataannya adalah gunung ini merupakan puncak tertinggi di Jepang dengan medan yang bisa sangat berbahaya. Pendakian sebelum jalur pendakian resmi dibuka berarti seluruh sistem pendukung seperti pondok gunung, layanan darurat, dan tim penyelamat belum beroperasi secara optimal. Kondisi ini secara signifikan memperpanjang waktu respons dalam situasi darurat, yang dapat berakibat fatal bagi pendaki. Oleh karena itu, bagi Anda yang berencana untuk menikmati keindahan Gunung Fuji musim panas ini, pastikan untuk selalu melakukan pendakian secara legal dan sesuai jadwal yang ditetapkan demi keselamatan Anda.
Ringkasan
Dua turis Amerika Serikat baru-baru ini dievakuasi dari Gunung Fuji setelah nekat mendaki sebelum jalur resmi dibuka. Seorang pria 67 tahun ditemukan hipotermia pada 4 Juli setelah mendaki sejak 26 Juni, bahkan dengan sandal. Sehari kemudian, seorang wanita 59 tahun tersesat setelah mencapai puncak, mengambil jalur yang salah saat menuruni gunung.
Insiden ini terjadi sebelum pembukaan resmi jalur-jalur di Prefektur Shizuoka pada 10 Juli, meskipun jalur Yoshida dibuka 1 Juli. Pendakian ilegal sangat berbahaya karena sistem pendukung seperti pondok dan layanan darurat belum beroperasi penuh. Ini memperpanjang waktu respons dalam keadaan darurat, sehingga penting bagi pendaki untuk selalu mengikuti jadwal dan aturan demi keselamatan.