15 Pekerjaan Lenyap di 2030? AI Siap Menggantikan!

15 Pekerjaan Lenyap di 2030? AI Siap Menggantikan! 1

Pesonakota.com – Pesatnya laju perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) dan otomatisasi diperkirakan akan secara signifikan mengubah lanskap pekerjaan global. Sejumlah besar jenis pekerjaan diproyeksikan akan mengalami penurunan tajam dalam kurun waktu lima tahun ke depan, sebuah realitas yang patut diwaspadai.

Berdasarkan laporan komprehensif Future of Jobs 2025 yang diterbitkan oleh World Economic Forum (WEF), posisi-posisi administratif menempati urutan teratas sebagai profesi yang paling rentan terhadap penggantian oleh teknologi, khususnya AI. Jabatan-jabatan seperti juru tulis dan petugas entri data menjadi contoh nyata dari pekerjaan yang berisiko tinggi.

Laporan penting ini disusun berdasarkan survei mendalam terhadap 1.043 perusahaan berskala global, yang secara kolektif mewakili lebih dari 14 juta pekerja di seluruh penjuru dunia. Data yang terkumpul dari survei tersebut mengungkap sebuah daftar krusial: ada 15 jenis pekerjaan yang diperkirakan akan menyusut paling cepat dalam periode antara tahun 2025 hingga 2030.

Pekerjaan Administratif Paling Terdampak Otomatisasi AI

Dari daftar tersebut, pekerjaan yang diproyeksikan mengalami penurunan paling drastis adalah postal service clerks atau petugas pelayanan pos, yang diperkirakan akan berkurang hingga 40 persen. Disusul ketat oleh teller bank dengan penurunan 35 persen, dan petugas entri data yang diproyeksikan menyusut 34 persen. Ini berarti, pada tahun 2030, kebutuhan akan teller bank dan petugas entri data akan 35 persen dan 34 persen lebih sedikit dibandingkan tahun 2025.

Peran-peran ini dianggap sangat rentan terdampak oleh otomatisasi dan AI lantaran mayoritas tugasnya bersifat repetitif dan dapat dengan mudah dialihkan ke sistem digital atau kecerdasan buatan. Sebagai ilustrasi, proses entri data dan pengelolaan dokumen kini dapat diotomatisasi secara efisien oleh software berbasis AI, menawarkan kecepatan dan akurasi yang jauh melampaui kemampuan manusia.

Selain sektor administratif, pekerjaan di bidang ritel dan layanan pelanggan juga tidak luput dari ancaman transformasi digital ini. Posisi-posisi seperti kasir, administrative assistant, serta petugas tiket diperkirakan akan mengalami penyusutan signifikan. Fenomena ini sejalan dengan meningkatnya adopsi layanan self-checkout di pusat perbelanjaan dan beralihnya transaksi ke ranah digital yang lebih praktis.

Meski demikian, implementasi teknologi canggih seperti AI tidak selalu berjalan mulus seperti yang dibayangkan. Beberapa eksperimen penggunaan teknologi AI dalam pelayanan justru berakhir dengan kegagalan yang menarik perhatian. Contohnya, sistem kasir otomatis “Just Walk Out” milik Amazon, yang diiklankan sebagai solusi bebas kasir, ternyata masih sangat bergantung pada ribuan pekerja di India untuk melakukan pengecekan ulang transaksi secara manual. Ini menunjukkan kompleksitas di balik janji otomatisasi penuh.

Kisah serupa terjadi pada McDonald’s. Pada tahun 2024, raksasa makanan cepat saji ini memutuskan untuk menghentikan uji coba sistem pemesanan berbasis AI di layanan drive-thru mereka. Alasannya, sistem tersebut kerap kesulitan dalam memahami pesanan yang kompleks dan seringkali mengalami gangguan audio, menyoroti tantangan AI dalam berinteraksi dengan variasi ucapan dan konteks manusia.

Di luar pekerjaan administratif, profesi yang bersifat kreatif dan hukum juga diprediksi akan mengalami dampak substansial dari perkembangan AI. Peran seperti desainer grafis, sekretaris hukum, serta tenaga telemarketing akan cenderung berkurang. Hal ini dipicu oleh semakin canggihnya kemampuan AI untuk menghasilkan konten visual yang memukau, menjawab pertanyaan hukum dasar, bahkan hingga menghubungi pelanggan secara otomatis tanpa intervensi manusia.

Berikut ini adalah daftar 15 pekerjaan yang paling terdampak oleh otomatisasi AI hingga tahun 2030 mendatang, sebagaimana dirangkum oleh KompasTekno dari Visual Capitalist pada Rabu (30/7/2025):

15 Pekerjaan yang Terancam Digantikan AI (2025–2030)

  1. Petugas Pos (-40%)
  2. Teller Bank (-35%)
  3. Petugas Entri Data (-34%)
  4. Asisten Administrasi (-34%)
  5. Sekretaris Eksekutif dan Administratif (-33%)
  6. Petugas Gudang dan Pengelola Barang (-32%)
  7. Tenaga Telemarketing (-30%)
  8. Sekretaris Hukum (-30%)
  9. Kasir dan Petugas Tiket (-29%)
  10. Penerima Tamu dan Asisten Informasi (-29%)
  11. Pekerja Data dan Informasi (-28%)
  12. Pekerja Kantor Umum (-27%)
  13. Desainer Grafis (-26%)
  14. Pekerja Admin Sumber Daya Manusia (-25%)
  15. Pekerja Layanan Konsumen (-24%)

Meskipun banyak jenis pekerjaan yang berada di ambang perubahan atau bahkan terancam, laporan WEF juga memberikan optimisme bahwa transformasi teknologi ini akan sekaligus membuka berbagai peluang baru di bidang-bidang lainnya. Namun, penting untuk dicatat bahwa adaptasi terhadap perubahan ini memerlukan waktu dan upaya besar, khususnya dalam program pelatihan ulang tenaga kerja agar mereka mampu beradaptasi dengan keterampilan yang relevan di era baru.

Pergeseran fundamental dalam lanskap dunia kerja ini menjadi peringatan keras bagi setiap individu maupun pemerintah untuk bersiap menghadapi era otomatisasi dan AI. Peningkatan literasi digital, pelatihan keterampilan baru yang relevan, serta pemanfaatan teknologi secara bijak dan etis akan menjadi kunci utama. Hal ini krusial untuk memastikan tenaga kerja tidak tertinggal dan dapat tetap relevan di tengah gelombang revolusi industri yang didorong oleh kecerdasan buatan.

Ringkasan

Perkembangan pesat kecerdasan buatan (AI) dan otomatisasi diproyeksikan akan mengubah lanskap pekerjaan global, menyebabkan penurunan signifikan pada banyak jenis pekerjaan hingga tahun 2030. Berdasarkan laporan *Future of Jobs 2025* World Economic Forum (WEF), posisi-posisi administratif menempati urutan teratas sebagai profesi yang paling rentan. Contohnya, petugas pelayanan pos, *teller* bank, dan petugas entri data diperkirakan berkurang antara 34-40 persen karena tugas-tugas mereka bersifat repetitif dan mudah diotomatisasi.

Selain sektor administratif, pekerjaan di bidang ritel, layanan pelanggan, serta profesi kreatif dan hukum juga diprediksi akan menyusut secara signifikan. Meskipun demikian, laporan WEF juga memberikan optimisme bahwa transformasi teknologi ini akan sekaligus membuka berbagai peluang baru di bidang lainnya. Hal ini menekankan pentingnya adaptasi, peningkatan literasi digital, dan pelatihan keterampilan baru agar tenaga kerja dapat tetap relevan di era otomatisasi dan AI.