Menteri Kehutanan, Raja Juli Antoni, baru-baru ini memberikan peringatan penting terkait aktivitas pendakian gunung. Ia menekankan bahwa mendaki gunung bukanlah sekadar liburan biasa, melainkan membutuhkan persiapan matang demi keselamatan dan kelancaran perjalanan.
Raja Juli Antoni menyoroti fenomena “FOMO” (Fear of Missing Out) yang seringkali menjadi pemicu masalah. “Banyak kita lihat, orang yang sedang berlibur di Gili, tiba-tiba memutuskan, ‘Eh, kita ke Rinjani yuk!’ Lalu berangkatlah mereka dengan pakaian seadanya, tanpa latihan fisik, tanpa pemeriksaan kesehatan, bahkan sepatu pun tidak memadai,” ujarnya saat ditemui di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (2/7). Kondisi seperti ini, menurutnya, sangat berpotensi menimbulkan masalah serius.
Peringatan ini bukan berarti larangan untuk mendaki. Sebaliknya, Raja Juli Antoni justru mendorong generasi muda untuk menjelajahi keindahan Taman Nasional, termasuk Gunung Rinjani. “Kalau mau ke gunung, silakan. Kami justru mendorong anak muda untuk lebih banyak lagi datang ke Taman Nasional kita, masuk ke Rinjani,” katanya. Namun, ia menekankan pentingnya persiapan yang komprehensif, baik dari segi jasmani, rohani, maupun peralatan, agar hal-hal yang tidak diinginkan dapat dihindari.
Lebih lanjut, Sekretaris Jenderal PSI ini mengingatkan bahwa mendaki gunung sangat berbeda dengan berlibur ke Bali atau sekadar berjalan-jalan di mal. “Saya harus katakan, bahwa naik gunung ini berbeda dengan kita liburan ke Bali. Beda kalau kita ke mal,” tegasnya. Perbedaan signifikan ini terletak pada risiko dan tantangan yang dihadapi di alam bebas.
Pernyataan ini disampaikan beberapa minggu setelah insiden tragis yang menimpa Juliana De Souza Pereira Marins, seorang pendaki asal Brasil. Juliana tewas setelah terjatuh ke jurang sedalam 600 meter di Gunung Rinjani pada Sabtu (21/6) dan baru berhasil dievakuasi pada Selasa (24/6). Meskipun sempat terdeteksi masih hidup oleh drone thermal, proses evakuasi terhambat oleh medan yang sulit dan cuaca buruk, menjadi pengingat pahit akan pentingnya persiapan matang sebelum mendaki gunung.
Ringkasan
Menteri Kehutanan mengingatkan pentingnya persiapan matang sebelum mendaki gunung, menyoroti bahaya fenomena FOMO yang mendorong orang mendaki tanpa persiapan fisik, mental, dan perlengkapan yang memadai. Hal ini sangat berpotensi menimbulkan masalah serius mengingat mendaki gunung berbeda dengan liburan biasa karena risiko dan tantangan alam yang dihadapi.
Meskipun mendorong generasi muda untuk menjelajahi Taman Nasional dan gunung seperti Rinjani, Menteri menekankan pentingnya persiapan komprehensif. Peringatan ini muncul setelah insiden tragis di Gunung Rinjani, di mana seorang pendaki tewas setelah terjatuh, menjadi pengingat pahit akan pentingnya persiapan sebelum mendaki.