DENPASAR, KOMPAS.com – Menjadi pemandu gunung di Bali, ternyata bukan sekadar hobi, melainkan pekerjaan yang penuh tantangan. Dibutuhkan fisik prima dan mental baja untuk menghadapi berbagai kendala selama pendakian, dari kondisi cuaca yang tak menentu hingga perilaku peserta yang beragam.
I Made Arsa Pandu Wirawan (54), seorang pemandu gunung berpengalaman di Bali, berbagi kisah perjalanan profesinya. Dengan ramah, ia yang akrab disapa Kak Pandu, mengungkapkan tantangan terberat yang sering dihadapi: peserta pendaki yang mudah mengeluh. “Kadang kesabaran saya benar-benar diuji,” ujarnya dalam wawancara pada Rabu (2/7/2025). Tidak hanya keluhan, Kak Pandu juga sering menangani berbagai kondisi darurat, seperti kram, jatuh terpeleset, hingga serangan asam lambung yang dialami peserta.
Lebih lanjut, Kak Pandu menceritakan pengalamannya menghadapi peserta yang bandel, khususnya anak muda. “Banyak yang sulit diatur, bahkan cenderung ngeyel,” tambahnya. Untuk mengatasi hal ini, ia selalu memberikan pengarahan dan penjelasan detail mengenai jalur pendakian, kondisi gunung, dan potensi perubahan cuaca sebelum memulai pendakian. Jika tetap tidak diindahkan, Kak Pandu tegas menerapkan aturan yang telah disepakati.
Di luar tantangan teknis, Kak Pandu juga menekankan pentingnya menumbuhkan kesadaran akan pentingnya melestarikan alam. Ia membedakan antara “penikmat alam” dan “pecinta alam”. “Penikmat alam seringkali tanpa sadar merusak lingkungan, seperti menulis di batu, membuang sampah sembarangan. Sedangkan pecinta alam akan selalu menjaga kelestarian, keindahan, dan kebersihan lingkungan,” jelasnya.
Walau penuh tantangan, ketika melihat teman-temannya mencapai puncak, rasa lelah Kak Pandu langsung sirna. “Banyak pelajaran berharga yang didapat dari kegiatan ini, pelajaran yang tak bisa didapat di bangku sekolah,” tuturnya. Dari pengalamannya, ia belajar menghargai teman, bersabar menghadapi keluhan, bertahan dalam berbagai kondisi cuaca, dan bahkan merasakan manfaat healing bagi jiwa dan raga.
Ringkasan
I Made Arsa Pandu Wirawan, seorang pemandu gunung di Bali, mengungkapkan tantangan profesinya yang meliputi kondisi cuaca tak menentu, peserta pendaki yang mudah mengeluh dan sulit diatur, serta kondisi darurat seperti kram dan cedera. Ia menekankan pentingnya memberikan pengarahan detail dan menerapkan aturan tegas untuk keselamatan dan kelancaran pendakian.
Selain tantangan teknis, Kak Pandu juga menyoroti pentingnya pelestarian alam, membedakan antara “penikmat alam” yang sering merusak lingkungan dengan “pecinta alam” yang menjaga kelestariannya. Meskipun penuh tantangan, ia merasa pekerjaan ini memberikan banyak pelajaran berharga dan manfaat healing.