Pesonakota.com – Jakarta – Tragedi yang menimpa Juliana Marins, pendaki asal Brazil yang tewas terjatuh ke jurang sedalam 600 meter di Gunung Rinjani, Lombok, Nusa Tenggara Barat, pada Sabtu, 21 Juni 2025, menjadi pengingat pahit. Insiden ini memicu urgensi pembenahan tata kelola wisata pendakian demi keamanan dan kenyamanan para pendaki.
Pendakian gunung, dengan medan berat dan ekstrem, termasuk dalam kategori wisata minat khusus. Aktivitas ini menarik mereka yang mencintai alam dan tantangan, sehingga persiapan fisik dan mental yang matang menjadi krusial.
Gunung Rinjani, menjulang setinggi 3.726 meter di atas permukaan laut (mdpl), membentang di tiga kabupaten: Lombok Timur, Lombok Utara, dan Lombok Tengah. Pemerintah, bersama Rinjani Squad, menyiapkan jalur khusus sebagai percontohan pendakian berstandar internasional, melengkapi jalur Sembalun yang sudah populer di Lombok Timur.
Lantas, apa saja upaya yang dilakukan untuk mewujudkan pendakian Gunung Rinjani yang aman dan nyaman? Berikut tiga langkah utama yang tengah diupayakan:
Pemeriksaan Riwayat Pendakian
Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) menegaskan bahwa pendakian Rinjani bukan untuk pendaki pemula. Medan yang terjal, cuaca ekstrem, suhu dingin menusuk tulang, jarak tempuh yang jauh, serta status gunung berapi aktif, hanya cocok bagi mereka yang terlatih dan berpengalaman.
Ke depan, pemeriksaan di pintu masuk jalur pendakian tidak hanya akan mencakup dokumen identitas dan kesehatan, tetapi juga rekam jejak pendakian. Jika seorang pelancong belum memiliki pengalaman mendaki gunung yang memadai dan langsung ingin menaklukkan Rinjani, petugas berhak mengarahkan mereka untuk mencoba puncak atau bukit lain yang lebih sesuai.
Lombok menawarkan alternatif pendakian yang tak kalah menarik. Selain Puncak Rinjani, terdapat tujuh puncak lain yang familiar, yaitu Puncak Sempana (2.329 mdpl), Puncak Lembah Gedong (2.200 mdpl), Puncak Kondo (1.937 mdpl), Puncak Anak Dara (1.923 mdpl), Puncak Pergasingan (1.805 mdpl), dan Puncak Bao Ritip (1.500 mdpl).
Puncak-puncak ini menyuguhkan keindahan yang memukau. Saat kemarau, padang savana menguning bagai ladang siap panen, sementara di musim hujan, hamparan rumput hijau membentang laksana permadani.
Kementerian Kehutanan pun telah memberikan lampu hijau terkait persyaratan pendakian yang disesuaikan dengan tingkat kesulitan gunung, mengingat lebih dari 400 gunung di Indonesia memiliki karakteristik dan tingkat kesulitan yang berbeda-beda.
Tambah Posko Darurat
Gunung Rinjani menarik minat banyak pendaki. Tercatat 93.796 pendaki mengunjungi Rinjani, terdiri dari 46.126 pendaki domestik dan 47.716 pendaki mancanegara. Selain itu, 95.295 orang (95.222 turis domestik dan 73 turis asing) melakukan aktivitas non-pendakian di kawasan tersebut.
Jalur pendakian utama adalah Sembalun di Lombok Timur dan Senaru di Lombok Utara. Terdapat pula empat jalur alternatif, yaitu Torean, Timbahu, Tete Batu, dan Aik Berik.
Sayangnya, dengan jumlah kunjungan yang tinggi, jumlah posko darurat masih minim, hanya dua unit. Posko tersebut berlokasi di Resort Sembalun (1.158 mdpl) dan Pos II (1.500 mdpl).
Insiden kecelakaan fatal paling sering terjadi setelah Pos Plawangan menuju puncak, akibat jalur yang sempit, miring, dan terjal. Area dari Plawangan ke bawah juga rawan kecelakaan, meskipun jarang berakibat fatal.
Untuk mengatasi hal ini, Kementerian Kehutanan bersama Balai TNGR berencana mendirikan posko darurat di Plawangan (2.639 mdpl). Plawangan adalah pos terakhir yang populer sebagai lokasi berkemah sebelum pendakian ke puncak Rinjani.
Posko darurat yang dekat dengan puncak akan mempercepat mobilisasi petugas evakuasi dan peralatan. Beragam perlengkapan pencarian dan penyelamatan, seperti tali, katrol, alat pemanas badan, hingga drone, harus tersedia lengkap di posko tersebut.
Sertifikasi Keahlian Pemandu Wisata
Pemerintah berupaya memastikan bahwa pemandu wisata di Gunung Rinjani memiliki sertifikasi keahlian. Dari 621 pemandu wisata yang ada, baru 321 orang yang telah bersertifikasi.
Regulasi Kementerian Ketenagakerjaan mewajibkan pemandu wisata memiliki sertifikasi yang menjamin kompetensi teknis, etika profesional, dan tanggung jawab terhadap lingkungan, sesuai standar nasional.
Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) berkomitmen membantu pemandu wisata memperoleh sertifikasi keahlian, sejalan dengan upaya menciptakan pariwisata berkualitas.
Kepala Dinas Pariwisata NTB, Lalu Ahmad Nur Aulia, menekankan bahwa pariwisata berkualitas harus inklusif agar wisatawan mendapatkan pengalaman yang memuaskan saat mengunjungi NTB.
Selain sertifikasi pemandu wisata, 12 orang akan mengikuti program sertifikasi penyelamatan berstandar internasional di Bandung, Jawa Barat. Salah satunya adalah Agam Rinjani, yang dikenal atas aksinya mengevakuasi jenazah Juliana Marins dari jurang sedalam 600 meter.
Setelah mengikuti program sertifikasi, mereka bertugas memberikan training of trainers kepada para pemandu wisata dan porter di Gunung Rinjani.
Pembenahan ini diharapkan tidak hanya berlaku di Gunung Rinjani, tetapi juga di seluruh gunung di Indonesia, demi mencegah jatuhnya korban jiwa di masa mendatang.
Pilihan Editor: Agar Pendaki Pemula Selamat Naik Gunung
Ringkasan
Artikel ini membahas upaya peningkatan keamanan pendakian Gunung Rinjani pasca-tragedi jatuhnya seorang pendaki. Tiga langkah utama yang diupayakan adalah pemeriksaan riwayat pendakian calon pendaki, penambahan posko darurat terutama di area rawan kecelakaan seperti Plawangan, dan sertifikasi keahlian bagi para pemandu wisata. Hal ini dilakukan untuk memastikan pendakian Rinjani hanya dilakukan oleh pendaki berpengalaman dan didampingi oleh pemandu yang kompeten.
Selain fokus pada Rinjani, artikel juga menyinggung pentingnya penyesuaian persyaratan pendakian berdasarkan tingkat kesulitan gunung, serta perlunya sertifikasi penyelamatan berstandar internasional. Diharapkan pembenahan ini dapat diterapkan di seluruh gunung di Indonesia demi mencegah jatuhnya korban jiwa dan menciptakan pariwisata yang berkualitas dan inklusif.