Geopark Kaldera Toba: Rebut Kembali Green Card UNESCO, Apa Strateginya?

Pesonakota.com Geopark Kaldera Toba kini berada di persimpangan penting dalam upaya ambisiusnya untuk kembali meraih status Green Card dari UNESCO Global Geoparks. Momen krusial ini muncul setelah sebelumnya Geopark Kaldera Toba menerima peringatan atau kartu kuning dari badan global tersebut.

Menyikapi urgensi ini, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Ni Luh Puspa, memimpin rapat koordinasi strategis bersama para kepala daerah dan instansi terkait di kawasan Danau Toba. Pertemuan ini, yang berlangsung di Caldera Toba Nomadic Escape pada Sabtu, 12 Juli 2025, menjadi langkah konkret untuk memperkuat kolaborasi lintas sektor. Rapat tersebut merupakan bagian dari persiapan akhir menjelang kunjungan tim asesor UNESCO yang dijadwalkan pada 21–25 Juli 2025.Geopark Kaldera Toba: Rebut Kembali Green Card UNESCO, Apa Strateginya? 1

Dalam kesempatan itu, Wamenpar Ni Luh Puspa dengan tegas menekankan vitalnya sinergi dari semua pihak guna memenuhi empat rekomendasi utama yang telah ditetapkan oleh UNESCO. “Kita harus punya pemahaman yang sama, komitmen kuat, dan rencana aksi yang terpadu. Saya yakin, dengan semangat gotong royong, kita mampu menghadapi tantangan ini,” ujarnya penuh keyakinan, menggarisbawahi pentingnya kesatuan visi dan gerak.

Empat rekomendasi kunci dari UNESCO yang menjadi tolok ukur utama dalam proses revalidasi Green Card Geopark Kaldera Toba meliputi:

  1. Penguatan riset dan pemetaan geologi untuk pemahaman yang lebih mendalam.
  2. Penambahan panel informasi edukatif di seluruh area geopark guna meningkatkan kesadaran pengunjung.
  3. Penguatan warisan budaya lokal sebagai identitas unik kawasan.
  4. Keaktifan badan pengelola dalam menggelar event nasional dan internasional untuk promosi dan pengembangan.

Menanggapi rekomendasi-rekomendasi tersebut, Wamenpar mendorong seluruh pihak terkait untuk segera mengevaluasi program-program yang telah berjalan, mengidentifikasi akar masalah yang mungkin timbul, serta memetakan pekerjaan rumah yang belum terselesaikan. Salah satu upaya yang disoroti adalah keberlanjutan kegiatan Gerakan Wisata Bersih yang telah sukses dilaksanakan di kawasan Amphiteater Waterfront City Pangururan dan Pantai Bebas Parapat pada Mei lalu. Program semacam ini dinilai perlu dilaporkan dan dikembangkan secara berkelanjutan sebagai bagian integral dari aksi nyata pengelolaan geopark.

Demi menjaga keberlanjutan dan kelestarian kawasan geosit, Wamenpar juga menegaskan pentingnya edukasi komprehensif kepada masyarakat sekitar, khususnya terkait bahaya kebiasaan membakar lahan dan urgensi menjaga kebersihan lingkungan. Ia bahkan meminta pembentukan satgas khusus untuk mencegah terjadinya kebakaran selama kunjungan tim asesor UNESCO. Selain itu, perhatian khusus juga diberikan terhadap kesiapan pelaku UMKM lokal yang akan dikunjungi oleh tim UNESCO. Mereka harus dibekali pengetahuan serta kemampuan komunikasi yang memadai agar dapat menjelaskan peran vital mereka dalam mendukung kelestarian geopark secara efektif.

Lebih lanjut, General Manager Badan Pengelola Geopark Kaldera Toba, Azizul Kholis, menjelaskan bahwa timnya saat ini tengah menjalankan pra-revalidasi bersama Professor Soojae Lee dari Korea Selatan. Salah satu masukan penting yang didapatkan adalah perlunya penggunaan bahasa Inggris pada seluruh laporan resmi, serta penyajian informasi geologi dalam bahasa sederhana agar mudah dipahami oleh semua kalangan, termasuk anak-anak sekolah. “Masukan ini sangat penting, karena UNESCO menilai bukan hanya kontennya, tapi juga bagaimana informasi itu dikomunikasikan secara inklusif,” kata Azizul, menekankan aspek aksesibilitas informasi.

Mengakhiri pernyataannya, Wamenpar Ni Luh Puspa kembali menegaskan bahwa Green Card bukanlah sekadar label prestise internasional, melainkan sebuah jembatan vital menuju masa depan yang lebih cerah bagi kawasan Danau Toba. Dengan diraihnya status ini, kawasan geopark akan semakin dikenal dunia, yang secara langsung berarti peningkatan potensi kunjungan wisatawan, investasi, serta peluang ekonomi yang signifikan, tanpa sedikit pun mengorbankan kelestarian alam dan budaya yang menjadi ciri khasnya. “Mari kita jadikan momen revalidasi 2025 sebagai titik balik kebangkitan Geopark Kaldera Toba,” pungkas Wamenpar, menyerukan semangat optimisme dan kolaborasi.

Ringkasan

Geopark Kaldera Toba berupaya keras merebut kembali status Green Card dari UNESCO Global Geoparks setelah sebelumnya menerima kartu kuning. Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Ni Luh Puspa, memimpin rapat koordinasi strategis pada 12 Juli 2025 guna mempersiapkan kunjungan tim asesor UNESCO yang dijadwalkan pada 21–25 Juli 2025. Pertemuan ini bertujuan memperkuat sinergi semua pihak dalam memenuhi empat rekomendasi utama yang telah ditetapkan UNESCO.

Empat rekomendasi tersebut meliputi penguatan riset geologi, penambahan panel informasi edukatif, penguatan warisan budaya lokal, serta keaktifan badan pengelola dalam menggelar acara promosi. Wamenpar menekankan pentingnya edukasi masyarakat dan kesiapan UMKM, serta perlunya laporan yang mudah dipahami. Status Green Card ini dianggap vital untuk meningkatkan potensi pariwisata, investasi, dan ekonomi kawasan Danau Toba secara berkelanjutan.