Misteri Stonehenge Terpecahkan: Es atau Manusia yang Membawa Batunya?

Misteri Stonehenge Terpecahkan: Es atau Manusia yang Membawa Batunya? 1

Pesonakota.com – Misteri abadi pembangunan Stonehenge, monumen batu megalitik raksasa yang berdiri megah di dataran Salisbury, Inggris, kembali menyita perhatian global. Pasalnya, para peneliti baru-baru ini membuat terobosan dari sebuah temuan yang selama ini luput dari sorotan, yang diyakini dapat menjadi kunci penting untuk mengungkap bagaimana struktur prasejarah ini didirikan.

Fragmen batu kecil tersebut, yang ditemukan di situs legendaris tersebut pada tahun 1924, kini diperdebatkan sebagai penentu misteri pembangunan monumen ikonik ini. Batu ini dikenal dengan nama Newall Boulder, yaitu sebuah bongkahan batu berbentuk peluru yang kini menjadi episentrum perdebatan sengit di kalangan arkeolog.

Polemik utamanya adalah: apakah batu-batu raksasa pembentuk lingkaran di Stonehenge dibawa ke lokasi oleh kecerdikan manusia, ataukah terbentuk dan dipindahkan secara alami oleh kekuatan gletser ribuan tahun silam? Dalam studi terbaru yang dipublikasikan di Journal of Archaeological Science: Reports, para penulisnya dengan tegas mematahkan teori gletser, sembari mengukuhkan gagasan bahwa seluruh batu monumental tersebut sesungguhnya dipindahkan ke lokasi Stonehenge oleh tangan manusia.

Baca juga: Seorang Pria di India Miliki 35 Batu Ginjal akibat Minum Soda Setiap Hari

Bagaimana Stonehenge Dibangun?

Terletak di dataran Salisbury, Wiltshire, Inggris Selatan, Stonehenge adalah mahakarya peradaban Zaman Batu. Monumen kuno ini dibangun oleh masyarakat prasejarah menggunakan bahan baku yang didatangkan dari berbagai pelosok Britania Raya. Ambil contoh bluestone, batu biru khas yang berasal dari Pegunungan Preseli di Wales, sebuah perjalanan menantang sejauh sekitar 240 kilometer dari situs. Sementara itu, Altar Stone diyakini berasal dari timur laut Skotlandia, berjarak sekitar 700 kilometer. Namun, bagaimana persisnya batu-batu seberat berton-ton ini bisa dipindahkan melintasi jarak yang begitu jauh, tetap menjadi teka-teki yang membingungkan selama berabad-abad.

Pada awal tahun 1990-an, analisis terhadap Newall Boulder sempat memunculkan teori bahwa batu ini mungkin merupakan “batu apung glasial” atau glacial erratic. Premisnya, batu tersebut terbawa oleh gletser ribuan tahun silam hingga ke dataran Salisbury. Jika teori ini benar, maka sebagian besar, atau bahkan seluruh batu-batu besar di Stonehenge, sudah tersedia di sekitar lokasi, sehingga para pembangun tidak perlu bersusah payah membawanya dari tempat yang sangat jauh. Sejak saat itu, perdebatan sengit terus berkecamuk di kalangan arkeolog, dengan sebagian mendukung teori gletser, sementara banyak lainnya bersikeras menolaknya.

Baca juga: Fakta Monumen Jokowi Senilai Rp 2,5 M yang Dibangun di Karo, Sumut

Batu di Stonehenge Dibawa Manusia atau Es?

Studi terbaru ini, yang merupakan tanggapan kuat terhadap penelitian sebelumnya yang terbit tahun lalu, secara lugas mencoba membantah teori gletser dan semakin memperkuat hipotesis bahwa semua batu di Stonehenge memang dibawa oleh manusia. Penelitian sebelumnya mengklaim bahwa permukaan Newall Boulder menunjukkan ciri-ciri aus yang konsisten dengan gesekan akibat pergerakan gletser di bawah permukaan tanah, sehingga menyimpulkan bahwa batu itu terbawa oleh es.

Namun, para peneliti dalam studi baru ini menyanggah kesimpulan tersebut dengan argumen kuat. Mereka menyatakan bahwa tak satu pun dari ciri keausan yang disebutkan itu benar-benar menunjukkan tanda khas transportasi oleh gletser. Sebaliknya, sebagian besar pola keausan bisa saja terbentuk akibat pelapukan alami yang memanfaatkan celah-celah atau retakan dalam struktur batu. Lebih lanjut, mereka menekankan ketiadaan bukti keberadaan gletser di dataran Salisbury, yang diperkuat oleh absennya batu apung glasial (glacial erratics) maupun endapan gletser lain di wilayah tersebut. Temuan-temuan ini semakin memperkokoh dugaan bahwa batu-batu monumental di Stonehenge tidak dibawa oleh kekuatan es.

Baca juga: Monumen Kemanusiaan Kindred Spirits

Newall Boulder: Pecahan dari Salah Satu Bluestone di Stonehenge

Setelah melakukan analisis Newall Boulder secara lebih mendalam, para penulis studi ini menyimpulkan bahwa batu tersebut kemungkinan besar adalah pecahan dari salah satu bluestone yang membentuk Stonehenge. Mereka juga mencatat bahwa karakteristik petrografi batu ini identik dengan batuan rhyolite yang ditemukan di sebuah tebing batu bernama Craig Rhos-y-felin di Pegunungan Preseli, Wales. Ini adalah lokasi yang sama persis dengan asal bluestone.

Selain itu, tidak ada indikasi bahwa gletser pernah bergerak dari lokasi tersebut, yaitu Pegunungan Preseli, menuju Stonehenge. Sebaliknya, bukti kuat menunjukkan adanya aktivitas penambangan prasejarah di Craig Rhos-y-felin. Menurut para peneliti, semua faktor ini secara komprehensif mengarah pada kesimpulan bahwa bluestone Stonehenge secara aktif diekstraksi dan dipindahkan oleh manusia, dimulai sekitar tahun 3000 SM. Hampir tidak ada data yang mendukung teori bahwa batu-batu itu dibawa oleh gletser.

“Sebagai kesimpulan, kami tegaskan kembali bahwa Newall Boulder bukan batu apung glasial,” tulis para peneliti. “Tidak ada bukti adanya gletser di dataran Salisbury, dan batu-batu bluestone dibawa ke Stonehenge oleh manusia, bukan oleh es,” tegas mereka.

Ringkasan

Misteri pembangunan Stonehenge, khususnya bagaimana batu-batu raksasanya dipindahkan, kembali menjadi sorotan dengan temuan penting. Fragmen batu kecil yang dikenal sebagai Newall Boulder, ditemukan pada tahun 1924, kini menjadi fokus perdebatan apakah batu-batu tersebut dibawa oleh manusia atau dipindahkan secara alami oleh gletser. Sebuah studi terbaru yang diterbitkan di Journal of Archaeological Science: Reports, dengan tegas membantah teori gletser, sembari mengukuhkan gagasan bahwa seluruh batu monumental itu dipindahkan oleh tangan manusia.

Penelitian ini menemukan bahwa pola keausan pada Newall Boulder tidak menunjukkan ciri khas transportasi gletser, melainkan kemungkinan akibat pelapukan alami. Selain itu, tidak ditemukan bukti keberadaan gletser atau endapan glasial di dataran Salisbury yang mendukung teori tersebut. Newall Boulder diidentifikasi sebagai pecahan dari salah satu bluestone Stonehenge, yang asal-usulnya cocok dengan lokasi penambangan prasejarah di Pegunungan Preseli, Wales, tanpa indikasi pergerakan gletser dari sana ke Stonehenge. Ini memperkuat kesimpulan bahwa bluestone Stonehenge diekstraksi dan dipindahkan oleh manusia sekitar tahun 3000 SM.