Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO) memberikan penilaian positif pada Geopark Kaldera Toba, saat melakukan revalidasi status kawasan tersebut pada 21-25 Juli 2025.
Hal tersebut disampaikan langsung oleh Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif (Disbudparekraf) Provinsi Sumatera Utara (Sumut), Yuda Pratiwi Setiawan.
“Di hari pertama revalidasi (peninjauan kembali) asesor UNESCO, Kaldera Toba dapatkan nilai positif,” ujar Yuda, seperti dikutip dari Antara.
Penilaian positif itu didapatkan atas beberapa geosite (situs warisan geologi) Taman Bumi Kaldera Toba, saat dikunjungi para asesor UNESCO, yakni Prof Jose Brilha (Portugal), dan Dr Jeon Yongmun (Korea Selatan).
Sedikitnya empat geosite dikunjungi tim asesor UNESCO, yakni Sipinsur yang merupakan kawasan wisata alam di tepian Danau Toba. Kemudian, ada Hutaginjang, satu desa dataran tinggi yang terbentuk dari debu vulkanik.
Selanjutnya, Taman Eden 100 yang merupakan taman seluas 40 hektare dengan 100 jenis tanaman dan dilengkapi air terjun. Terakhir, hutan Sibaganding yang merupakan taman wisata primata.
“Keempat geosite tersebut sudah dikelola dengan baik, sehingga membuat asesor terkesan,” kata Yuda.
Badan Pengelola Toba Caldera UNESCO Global Geopark (BP TCUGGp) menyebutkan, revalidasi status Taman Bumi Kaldera Toba dilakukan pada 21-25 Juli 2025.
Dalam rapat UNESCO Global Geopark di Maroko pada 4-5 September 2023 lalu, menyatakan kawasan Geopark Kaldera Toba mendapat kartu kuning dari UNESCO.
Kartu kuning adalah peringatan badan pengelola kawasan, karena tidak memenuhi beberapa kriteria yang ditetapkan. UNESCO meminta BP TCUGGp untuk melakukan perbaikan, sebelum dilakukan revalidasi dua tahun kemudian.
“Dari keempat geosite yang didatangi hari ini mulai Sipinsur hingga GIC (Geopark Information Centre), Alhamdulillah mendapat nilai sangat bagus, tetapi kita masih perlu mendalami beberapa hal, atas geologi di setiap geosite,” tutur Yuda.
Masukkan dari UNESCO
Sementara itu, Yuda mengatakan bahwa pihaknya menegaskan kepada pemerintah daerah dan lembaga terkait, tentang Geopark Kaldera Toba yang banyak mendapatkan masukkan dari para asesor UNESCO.
Hal itu menjadi dorongan bagi pemerintah provinsi, tujuh pemerintah kabupaten se-kawasan Danau Toba, dan lembaga lainnya untuk mengelola Geopark Kaldera Toba lebih baik lagi.
“Tentu kita belum sempurna mengelola, masih ada kekurangan di sana sini, tetapi kita terus berbenah, memperbaiki diri. Ini satu upaya kita meningkatkan pengelolaan Kaldera Toba,” katanya.
Prof Jose Brilha memberikan masukkan dengan memperkuat perlindungan warisan geopark, seperti formasi bebatuan, lokasi bersejarah, dan material geologi lainnya.
“Inti geopark, bagaimana kita menjaga warisan ini semua. Menjaga formasi bebatuan yang berharga, material dan sejarahnya, sehingga bisa kita wariskan ke anak cucu. Pariwisata itu bonus,” ucap Jose.