Pesonakota.com – , Medan – Dalam upaya proaktif memastikan kesiapan sebelum revalidasi krusial pada 21-25 Juli mendatang, Badan Pengelola (BP) Geopark Kaldera Toba telah merampungkan serangkaian pra-revalidasi. Langkah strategis ini ditempuh untuk meminimalisir berbagai potensi kekurangan dan permasalahan yang mungkin muncul, terutama setelah Geopark Kaldera Toba menerima “kartu kuning” dari UNESCO pada tahun 2023 lalu akibat penilaian terhadap sejumlah aspek pengelolaan yang dinilai masih belum optimal. Revalidasi kedua ini menjadi momen penting untuk mengevaluasi apakah geosite-geosite di kawasan tersebut telah memenuhi prinsip-prinsip geopark dunia.
Pra-revalidasi intensif ini dipandu langsung oleh asesor UNESCO, Soo Jae Lee, yang memulai peninjauan pada Jumat, 11 Juli 2025. Kunjungan diawali dengan inspeksi mendalam terhadap geosite Sipinsur dan Huta Ginjang. Esok harinya, Sabtu, tim melanjutkan perjalanan ke Sibaganding, Taman Eden 100, dan Huta Siallagan. Puncak pra-revalidasi pada Minggu melibatkan peninjauan SMKN 1 Simanindo, Kampung Ulos Huta Raja, Pusat Informasi Geopark di Sigulatti, dan keindahan Air Terjun Sipiso-piso.
Lebih dari sekadar meninjau fasilitas geosite, evaluasi ini juga mencakup aspek krusial seperti kesiapan siswa sekolah, peran aktif kalangan UMKM, dan tingkat keterlibatan masyarakat lokal dalam upaya pelestarian geopark. Berbagai atraksi budaya pun tak luput dari pengamatan. “Kami telah mengidentifikasi permasalahan secara langsung dan menyimulasikan pelaksanaan revalidasi,” ujar Dikky Anugerah, Sekretaris Dewan Pengarah BP Geopark Kaldera Toba, dalam keterangan tertulis yang dirilis Senin, 14 Juli 2025.
Dikky mengakui bahwa secara umum, beberapa poin penting masih memerlukan pembenahan, khususnya dalam hal kemitraan strategis, visibilitas, dan keterlibatan masyarakat. Namun, ia optimis bahwa kekurangan tersebut “sekarang sudah diselesaikan,” seperti disampaikan Pelaksana tugas Kepala Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sumatera Utara tersebut.
Senada dengan urgensi tersebut, Togu Pardede, Direktur Sumber Daya dan Pertambangan Kementerian PPN/Bappenas, menyoroti edukasi atau pemahaman menyeluruh mengenai geopark sebagai tantangan utama yang perlu dioptimalkan. Menurutnya, krusial bagi anak-anak sekolah untuk memahami bahwa geopark merupakan warisan yang sangat berharga dan wajib dilestarikan.
Menguatkan pandangan tersebut, Perri Sagala, Kepala SMKN 1 Simanindo, menjelaskan inisiatif pihaknya dalam menginformasikan manfaat keterlibatan dalam pelestarian budaya. Para guru dan siswa didorong untuk memahami lebih dalam ilmu dan teori geopark. “Kami harus bisa menggali terus warisan leluhur,” tegas Perri, menunjukkan komitmen sekolah dalam menjaga tradisi dan pengetahuan lokal.
Pentingnya status geopark dari UNESCO juga ditekankan oleh Made Sirait, Pengelola Taman Eden 100. Ia menyatakan bahwa pengakuan ini memberikan validitas krusial untuk menjaga lingkungan. Tujuan utamanya meliputi pencapaian ekonomi dan ekologi berkelanjutan, konservasi, serta keberlanjutan pemberdayaan masyarakat. “Status ini adalah senjata pamungkas untuk terus menjaga lingkungan. Ada legalitas lebih, ada perlakuan khusus negara karena geopark,” jelas Made, menegaskan dampak positif dari pengakuan internasional.
Mengindikasikan dukungan penuh dari pemerintah pusat dan daerah, lima hari sebelum pra-revalidasi ini, Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana dan Gubernur Sumatera Utara Bobby Nasution secara resmi membuka Konferensi Pertama Destinasi Geowisata Kaldera Toba UNESCO Global Geopark 2025 di Kabupaten Simalungun. Dalam kesempatan tersebut, Bobby Nasution secara khusus mengajak tujuh kepala daerah di sekitar Danau Toba untuk berkomitmen menjaga kelestarian alam di kawasan tersebut.
Bobby Nasution turut menyampaikan apresiasinya kepada Kementerian Pariwisata atas upaya penguatan posisi Toba Kaldera agar dapat meraih kembali “green card” dari UNESCO. Ia menilai respons cepat dari pemerintah pusat telah memacu semangat dalam penyusunan rencana dan dokumen pengusulan. Bobby menegaskan bahwa aspek penting yang wajib dipenuhi dalam pengusulan adalah kekayaan geologi, nilai warisan budaya, dan pemberdayaan masyarakat lokal.
Sementara itu, Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana menekankan bahwa pengelolaan pariwisata tidak dapat semata-mata mengandalkan infrastruktur. Diperlukan pula harmoni, pengayaan pengetahuan, narasi yang kuat, serta dorongan inovasi. Widiyanti menegaskan bahwa status geopark bukanlah sekadar bentuk perlindungan, melainkan sebuah peluang besar untuk membuka ruang pembelajaran dan pengembangan pariwisata yang berkelanjutan. “Melalui geowisata, kita mendorong inovasi lokal, menciptakan lapangan kerja, dan membuka peluang ekonomi baru tanpa mengorbankan nilai alam maupun budaya,” pungkasnya, memberikan visi optimis untuk masa depan Geopark Kaldera Toba.
Ringkasan
Geopark Kaldera Toba telah melaksanakan pra-revalidasi intensif dengan panduan asesor UNESCO, Soo Jae Lee, sebagai persiapan sebelum revalidasi krusial pada 21-25 Juli mendatang. Langkah proaktif ini dilakukan untuk mengatasi kekurangan dan permasalahan setelah menerima “kartu kuning” dari UNESCO pada tahun 2023 akibat pengelolaan yang belum optimal. Peninjauan mencakup sejumlah geosite serta evaluasi kesiapan siswa sekolah, UMKM, dan keterlibatan masyarakat lokal.
Sekretaris Dewan Pengarah BP Geopark Kaldera Toba, Dikky Anugerah, mengakui adanya kebutuhan pembenahan pada kemitraan strategis, visibilitas, dan keterlibatan masyarakat, namun menyatakan bahwa hal tersebut telah diatasi. Edukasi mengenai warisan geopark kepada anak-anak sekolah juga menjadi fokus penting untuk pelestarian. Status geopark dari UNESCO dianggap vital untuk mencapai ekonomi dan ekologi berkelanjutan, konservasi, serta pemberdayaan masyarakat, didukung penuh oleh pemerintah pusat dan daerah.